Yang Terhormat, Bapak Presiden Indonesia dimanapun Anda berada.
Perkenalkan sebelumnya Pak, saya Zulfikar. Rakyat Indonesia yang dengan penuh kesungguhan hatinya datang ke Jakarta tanggal 6 September kemarin. Rakyat biasa yang membawa sebuncah harapan akan bangkitnya Indonesia. Rakyat yang berbagi atap yang sama dengan Bapak kemarin, yang datang langsung ke GBK dan hanya bisa pulang dengan kekecewaan luar biasa.
Biarkan saya bercerita sedikit tentang keadaan tadi malam Pak.
Jika berbicara tentang kekecewaan, saya sama kecewanya dengan Bapak, saya juga kecewa berat. Lelah rasanya melihat permainan sepakbola timnas yang tak ada daya juangnya. Lelah juga melihat sikap kekanakan beberapa penonton yang dengan arogannya melemparkan puluhan botol air minum ke tengah lapangan, dan berusaha menembak pemain-pemain lawan dengan petasan.
Saya pulang dengan rasa kesal. Dan yang lebih kesalnya lagi, saya ketinggalan travel yang sudah saya pesan! Harus menunggu lagi 2 jam lamanya, lapar, kelelahan, dan sendirian. Dan dalam kesendirian tersebut kemana saya berlabuh? Internet tentu saja. Saya buka twitter, tempat dimana pertukaran informasi berlangsung dalam kecepatan yang mengerikan, dan kekesalan ini justru semakin bertambah ketika saya membaca bahwa Bapak meninggalkan GBK ditengah ‘kekacauan’ yang sedang berlangsung hanya karena kecewa dengan ulah para supporter. Bukannya justru berusaha menenangkan keadaan. Benarkah itu Pak? Atau itu hanya berita karangan dari para kuli tinta belaka?
Waktu 2 jam ternyata lama juga, saya berakhir membaca puluhan artikel mengenai Bapak. Semua berita baru-baru ini mengenai Bapak, mulai dari aksi ‘walk out’ di GBK, Nazaruddin, hingga akhirnya sebuah artikel mengenai pidato Bapak pada pembukaan Sidang Ke-44 ASEAN Ministerial Meeting. Hal yang terakhir ini sedikit menarik perhatian saya.
Jika boleh saya kutip sebagian kata-kata Bapak :
I believe one of the greatest tasks of ASEAN lies in people to people. We are all agreed that a 21st century ASEAN, to be dynamic and relevant, must be people-centered and people-driven.
Saya yakin dengan sepenuh hati, bahwa semuanya itu bisa saya lihat di Stadion Gelora Bung Karno malam itu. Saya menjadi saksi mata sendiri betapa hebatnya kekuatan masyarakat. Bapak seharusnya duduk di kategori yang lebih merakyat Pak, kategori 1, 2 atau 3 saya rasa bisa menggambarkan fenomena yang akan saya ceritakan yang membawa saya melupakan semua amarah, dan kita pun beralih dari cerita tadi malam ke masa kini.
Penyaruan Batasan
Jika berbicara mengenai ASEAN, nyaris semua orang pasti mengetahui sejarahnya, Pak. Paling tidak hal tersebut pernah hadir sepintas di kehidupan kita semua, kala duduk di bangku SD, dikemas sebagai salah satu pokok bahasan pada kurikulum mata pelajaran IPS.
Saya masih ingat bahwa ASEAN didirikan pada tahun 1967, pada Deklarasi Bangkok yang diikuti oleh 5 negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Saya juga masih ingat bahwa Indonesia diwakili oleh Adam Malik pada deklarasi Bangkok tersebut. Namun apa boleh buat pak, ingatan SD saya hanya sampai pada tahap sana. Sisa pengetahuan lainnya mengenai ASEAN sudah mulai blur dan didesak keluar ingatan saya oleh bermacam-macam ilmu pengetahuan lainnya yang dijejalkan selama 15 tahun ini lewat kurikulum yang padat dan berganti-ganti. Jadi izinkan saya berkunjung ke teman setia saya sebentar pak. Biarkan saya berkunjung dulu ke dunia maya.
Baiklah Pak, setelah 5 negara pendiri ini berturut-turut negara-negara lainnya masuk ke ASEAN, diawali oleh Brunei Darussalam, kemudian Vietnam, Laos, Myanmar, dan terakhir Kamboja. Itulah kesepuluh negara ASEAN yang sampai saat ini menghuni keanggotaannya.
Dan pada tahun 2003, pada KTT ASEAN IX di Bali tercetuslah sebuah deklarasi bernama Bali Concord II mengenai upaya perwujudan Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya (politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya). Sejak saat itulah ASEAN mulai bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih besar.
Maaf saya kelamaan berbicara sendiri dan meninggalkan Bapak. Komunitas ASEAN itu sebuah lompatan yang hebat Pak. Di otak saya sekarang sedang menari-nari gambaran akan seperti apa ASEAN pada tahun 2015 ketika komunitas ini terbentuk dan aktif berjalan. Saya membayangkan bahwa ASEAN ini adalah Uni Eropa baru!
Saya membayangkan bagaimana nantinya saya bisa berjalan-jalan dengan bebas mengunjungi semua negara di ASEAN tanpa harus mengurus paspor dan visa lagi. Saya membayangkan adanya suatu mata uang baru yang menggantikan seluruh mata uang di ASEAN ini, mata uang yang kuat, yang berpengaruh. Saya membayangkan penyatuan budaya yang semakin cepat, semuanya membaur, sama rasa. Tidak akan ada lagi batasan jelas yang memisahkan negara-negara ASEAN. Semuanya menjadi saru, namun jelas menarik, dan menguntungkan.
Kita akan hidup di sebuah standar yang sama. Standar yang lebih tinggi daripada yang Indonesia punya sekarang Pak!
Standar ekonomi yang lebih tinggi.
Standar keamanan yang lebih tinggi.
Standar sosial yang lebih tinggi.
Saya memang bukan ahlinya di bidang ini. Bahkan tahu mengenai ini semua pun baru saya alami 5 menit yang lalu. Tapi saya tahu bahwa Komunitas ASEAN ini bakalan jadi hebat.
Ah saya bersemangat sekali Pak! Apalagi mengetahui bahwa ketua ASEAN sekarang adalah Indonesia, yang berarti Indonesia menentukan betul seberapa cepat kita berakselerasi menuju komunitas ASEAN tersebut. Yang berarti mungkin saya bisa berperan lebih dalam mewujudkannya. Berperan sesuai kapabilitas dan kapasitas saya.
Tapi, (memang menyebalkan ketika mendengarkan selalu ada kata ‘tapi’ di setiap ide dan gagasan yang muncul Pak, yang sedikit menggoyahkan iman dan membuat ide cemerlang tersebut terlihat cacat) tantangannya memang besar sekali dalam mewujudkan komunitas ASEAN ini. Penghalang pertama dan yang paling keras justru datang dari 2 negara pendiri ASEAN ini.
Konflik Indonesia – Malaysia.
Semua orang Indonesia nampaknya membenci Malaysia, dan begitu pula sebaliknya. Entahlah benar atau tidak Pak, yang jelas mayoritas kejadiannya adalah seperti itu. Indonesia merasa Malaysia mencuri hal-hal berharga miliknya. Dan Malaysia berpikiran hal lain yang mereka pegang teguh dan mereka rasa benar. Kita dan Malaysia itu ibarat air dan minyak sekarang yang walaupun berada di satu botol yang sama namun enggan untuk bersatu.
Penghalang berikutnya lagi adalah kebodohan masyarakatnya, Pak. Andaikata saya tidak datang ke GBK kemarin, saya pasti tidak akan emosi berlebihan, saya tidak akan membuka twitter, saya tidak akan membaca mengenai Bapak, dan saya tidak akan pernah tahu apa itu komunitas ASEAN. Saya akan tetap bodoh tentang ASEAN ini, seperti mungkin ratusan juta penduduk ASEAN lainnya.
People Driven
Maaf saking bersemangatnya, saya jadi lupa tentang fenomena di GBK yang hendak saya ceritakan ke Bapak.
Seperti yang kita tahu Pak. GBK sedikit rusuh tadi malam. Banyak orang yang melempar-lempar botol minuman ke tengah lapangan, walaupun beberapa tidak tepat sasaran dan jatuh di kepala supporter lain di depannya. Namun hal itu tidak akan terjadi kalau saja tidak ada orang mengawali semuanya. Ketika satu botol pertama melayang di udara dan di depan mata ribuan penonton disana, meletuplah sang gunung api emosi para supporter. Frustrasi karena 20 tahun tanpa prestasi. Orang-orang di sekitarnya melakukan hal yang sama, melemparkan botol minuman ke tengah lapangan.
Dan ketika botol-tidak-tepat-sasaran yang pertama mendarat di kepala supporter lainnya (Bapak beruntung berada di kursi VVIP yang aman sentausa), yang langsung memegangi kepala, berdiri, berbalik arah dan memaki, orang-orang lain di sekitarnya langsung melakukan hal yang sama. Memaki para pelempar botol. Dan kemudian satu GBK pun melakukan hal yang sama. Yah walaupun tidak semua sih, polisi di depannya hanya berdiri menonton sambil beberapa diantaranya merokok.
Siapa sebenarnya yang memadamkan api yang tersulut disana? Polisi? Bukan. Kan saya sudah bilang tadi Pak. Polisinya hanya menonton sambil merokok.
Supporter lainnya lah yang menenangkan keadaan. Puluhan ribu supporter lainnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang latah. Itu intinya. Kita dikendalikan oleh gerakan orang yang lainnya. Lihat saja betapa cepatnya trend berganti di negara ini. Lihat saja betapa menjamurnya handphone blackberry di negara ini. Lihat saja betapa seringnya trending topic di twitter worldwide berasal dari Indonesia.
Dan saya dengan bangga bisa berpendapat bahwa hal tersebut adalah hal yang positif nan bermanfaat Pak.
ASEAN BLOGGER
Hasil kunjungan dan selancaran saya di dunia maya membawa saya juga ke sebuah tempat bernama ASEAN Blogger. Suatu gagasan baru yang diprakarsai orang Indonesia, gagasan yang menjadi naungan bagi seluruh blogger se-ASEAN guna membantu terwujudnya komunitas ASEAN 2015. Gagasan yang Bapak sendiri bilang inovatif.
Dan disinilah saya bisa bermanfaat.
Saya sudah bercerita kan Pak, seberapa mengerikannya kecepatan transfer informasi di dunia maya. Orang-orang (saya mengaca kepada diri saya sendiri) sekarang jauh lebih banyak menghempaskan dirinya ke jaringan social media. Berinteraksi dengan orang entah di belahan dunia mana. Membaca entah tulisan siapa. Opini bertebaran dengan bebasnya disana.
Dan itulah yang bisa ASEAN Blogger seluruhnya manfaatkan, Pak.
Kita harus jadi korek api. Setiap orang sudah dibekali sumbunya masing-masing. Tugas ASEAN Blogger adalah memantiknya agar menyala dan meledakannya, sehingga semua orang tersadar. ASEAN Blogger harus jadi pintu informasi mengenai komunitas ASEAN.
ASEAN Blogger harus bisa menggebrak dunia, karena saya yakin satu ledakan besar itu dampaknya jauh lebih cepat walaupun memang belum tentu lebih hebat dibandingkan ledakan ledakan super mini yang rutin terjadi tiap hari.
Tapi waktu penyadarannya tinggal 3 tahun lagi. Jadi saya tetap yakin metoda yang dipakai itu haruslah suatu ledakan besar.
Caranya?
ASEAN Blogger mengorganisir suatu tindakan massal yang dilakukan tiap bulannya, yaitu tindakan menulis massal mengenai komunitas ASEAN, yang waktu dipublishnya dilakukan bersama-sama. Sesaat setelah tulisan tersebut dipublish marilah kita menggerakkan semua lapisan masyarakat.
Kita gemparkan dunia twitter.
Kita buat ASEAN Blogger jadi trending topic nya.
Dan biarkan masyarakat-masyarakat yang latah tersebut memakan umpannya.
Biar semua dunia tahu Pak.
Biar semuanya cerdas.
Biar ASEAN disegani!!
Salam hangat dan penuh hormat.
Teuku Zulfikar Amin
Pecinta makanan dan olahraga.